Manusia berarti ‘bagaimana ia bereaksi
kepada Allah?’.
Pdt. Dr. Stephen Tong
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian….”
Yoh.
4:23-24
“Karena itu, saudara-saudara,
demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.”
Rom.
12:1
Menyembah dalam
bahasa Ibrani mempunyai pengertian membungkukkan diri (to bend down), yaitu
membungkukkan diri untk berbakti dan bersembah sujud kpd Allah. Yoh. 4:23-24
menyatakan “…akan datang saatnya penyembah-penyembah
benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…”, kata ‘benar’, ‘alēthinos’,
berarti sejati.
Ibadah yang sejati adalah
ibadah yang memiliki 3 unsur: 1) penyembah yang sejati. 2) penyembahan yang
sejati. 3) sesembahan/ilah yang sejati. Yohanes menyatakan ‘akan datang saatnya’,
hal ini berarti dari yang belum ada akan menjadi ada suatu penyembahan yang
memiliki kesejatian yang murni, bersih dan harum bagi Allah. Paulus dalam Rom. 12:1 mendorong
kepada kita untuk beribadah kepada Allah dengan kesejatian.
Kesejatian dalam ibadah Paulus menyatakan harus
adanya persembahan yang hidup, yang kudus &
yang berkenan kepada Allah, disimpulkan dalam satu kata BEST.
Baca:
Ibr. 4:14-5: 10
“4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang
telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh
berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar
yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian
menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan
kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
5:1 Sebab setiap
imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam
hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban
karena dosa.
5:2 Ia harus dapat
mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri
penuh dengan kelemahan,
5:3 yang
mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat,
tetapi juga bagi dirinya sendiri.
5:4 Dan tidak
seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi
dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun.
5:5 Demikian pula
Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi
dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau
telah Kuperanakkan pada hari ini",
5:6 sebagaimana
firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya,
menurut peraturan Melkisedek."
5:7 Dalam hidup-Nya
sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap
tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan
karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
5:8 Dan sekalipun
Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah
diderita-Nya,
5:9 dan sesudah Ia
mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepada-Nya,
5:10 dan Ia
dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.[1]”
Teladan yang dimiliki Yesus Kristus
mengenai persembahan yang sejati, harus memiliki 4 prinsip:
BEST (TERBAIK)
“Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”
(Ibr.
4:15 b)
·
Pengertian ‘best’ adalah yang
terbaik, terunggul dan memiliki kualitas
tinggi.
·
Sesuatu yang terbaik selalu
dihasilkan dari proses yang rumit,
detail, beresiko.
Seperti emas murni, kemurniannya terlihat
saat wajah sang penempa dapat terlihat pada emas tersebut. atau,
Sebuah jam tangan seharga
U$ 1 juta,
yang kerjakan selama 10 tahun dengan kerumitan yang sangat detail. Jam yang
dibuat tanpa menggunakan batrei, hanya menggunakan stabilizer detik dengan
sebuah batu ruby yang licin, dengan akurasi waktu yang hampir sempurna. atau,
Thomas Alfa Edison, salah satu orang besar
di dunia. Tetapi dia pernah dipandang sebagai orang yang paling bodoh
dikelasnya, hanya karena dia dianggap terlalu lambat berpikir. Sesungguhnya dia
tidak terlalu lambat, tetapi terlalu detail berpikir jika dibanding
rekan sekelasnya.
·
Yesus memberikan yang terbaik
bagi Allah, dengan menjaga kekudusan diriNya.
Inilah yang dinamakan ‘menantang zaman’, tidak mengikut arus. Berani
kehilangan teman, popularitas bahkan hidupNya. Bukan masuk ke dalam pengaruh,
tetapi keluar dan menjadi pengaruh.
·
Musuh yang ‘terbaik’ adalah
baik. Pemikiran terbaik adalah berpikir lebih dari yang rata-rata adanya.
·
John Wesley : “
Lakukan semua SEBAIK yang kau bisa,
Dengan SEPENUH
HATI yang kau bisa,
Dalam SEGALA
CARA yang kau bisa,
Di SEGALA
TEMPAT yang kau bisa,
Pada SETIAP
WAKTU yang kau bisa,
Kepada SEMUA
ORANG yang kau bisa,
SELAMA
MUNGKIN yang kau bisa.”
EMOTION (MELIBATKAN PERASAAN)
“Dalam
hidupnya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut…”
(Ibr. 5:7)
·
Ayat diatas menunjukkan kondisi
disaat Yesus akan mengorbankan diriNya sebagai korban tebusan, ada satu
perasaan yang mengawali persembahanNya, yaitu pengorbanan perasaan (Mat. 26:39
, 42).
·
Emotion berbeda dengan
emotional, pengertian ‘emotion’ menunjukan kepada pelibatan perasaan, ‘emotional’
menunjuk terhanyut perasaan, hal ini berbeda. Yesus memberikan teladan dalam
mempersembahkan hidupnya dengan
melibatkan perasaan, bukan terhanyut.
·
‘melibatkan perasaan’ dinyatakan Yesus Mat. 22:37 “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu.”, ‘segenap hati’ disebutkan yang pertama ini
menunjukkan yang utama, terpenting dan acuan awal.
·
Michele Angelo, seorang pelukis besar, kunci yang menjadikan
karya-karyanya hidup adalah keterlibatan perasaannya dalam mengerjakan
karyanya. Saat mengerjakan sebuah karya, Michele memberikan empaty kepada objek
yang akan dilukisnya, sehingga saat melukisnya dia sanggup mencurahkan makna
dibalik warna yang ditorehkannya.
·
Perasaan akan menilai antara
baik dan terbaik, dalam setiap proses.
SACRIFICE (PENGORBANAN)
“Dan
sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat….”
(Ibr. 5:9a)
·
Pengorbanan berbicara mengenai
2 hal:
1)
Penanggalan diri, mengesampingkan
hak yang dimiliki. (Fil.
2:7)
2)
Memberi, pemberian yang murni, tulus, tidak ada
kepalsuan/bayangan.
·
Dalam pengorbanan pasti ada kemurnian
kasih, dalam kasih belum tentu ada pengorbanan. Karena pengorbanan adalah wujud
kasih yang sesungguhnya.
Seorang Polikarpus, murid Irenus, Irenus adalah murid rasul
Yohanes. Saat tentara Roma menyuruhnya menyangkal Yesus dia mengatakan “selama
84 tahun Tuhan Yesus tidak pernah bersalah sekalipun kepadaku. Ia begitu
mencintaiku. Silahkan jika mau membakar saya, saya tidak tega melawan Tuhan.”. atau,
Seorang ayah yang memberikan ginjal bagi anaknya.
TOTALLY (TOTALITAS)
“…dan
sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya….”
( Ibr. 5:9b-10)
Yesus menunjukan totalitas
hidupnya dari kesempurnaan misi yang diselesaikannya. Totalitas Yesus Kristus
dapat diperhatikan dari Yoh. 19:30 “Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai."
Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.”
Totalitas
memiliki 2 pengertian:
-
Memberikan dengan tuntas "Sudah selesai." ,
-
Memberikan dengan penuh/utuh “ menyerahkan nyawa-Nya”.
·
Kol.3:23 “Apa pun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia.”
Mari kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Apapun yang kita lakukan untuk Tuhan tidak pernah sia-sia, Tuhan memperhitungkan semuanya, dan Tuhan telah menyediakan mahkota kemuliaan saatNya nanti.
Amin.
[1] Melkisedek. Seorang raja dari Salem (= Yerusalem).
Namanya berarti "raja keadilan ". Dialah imam Allah yang Mahatinggi ,
yang pernah memberkati Abraham (Kej. 14:18-20). Raja Israel disebut "imam
menurut peraturan Melkisedek" (Mzm. 110:4). Gelar itu diterapkan kepada Yesus
Kristus sehingga Ia menjadi Imam yang lebih tinggi dari pada Lewi atau Harun
(Ibr. 7).
Sumber Ensiklopedi Alkitab MK 2 mencatat,
Ibr. Malki-tsedeq berarti sedek ialah raja (ku), ibr 7:2 ‘raja kebenaran’.
Latar belakang penetapan peraturan menurut Melkisedek seperti Mzm 110:4
terdapat dalam hal penaklukan Yerusalem oleh Daud kira-kira tahun 1000 sM, dan
berdasarkan ini Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan imam-raja
dari Melkisedek. Raja yang ditetapkan dengan cara demikian disebut Yesus dan
orang sezamannya sebagai Mesias, anak Daud (Mrk 12:35).
Mm]